Sayangnya, seiring perkembangan zaman, gamelan tak lagi sepopuler dulu. Tak ada regenerasi bagi pemain gamelan karena dianggap kuno dan tidak praktis. Generasi muda lebih memilih untuk menggeluti alat musik modern yang dinilai lebih mudah dimainkan dan keren. Gamelan yang tak lagi diminati masyarakat luas pun berimbas pada pengrajinnya. Seperti yang terjadi di Desa Wirun, Sukoharjo, Jawa Tengah. Kini hanya segelintir orang yang tetap berprofesi sebagai pembuat gamelan. Sepinya order membuat sebagian besar pengrajin gamelan Padahal, desa ini cukup terkenal sebagai desa wisata karena kerajinan gamelannya.
Penasaran seperti apa proses pembuatan gamelan di Desa Wirun? Simak photo story yang sudah Wego susun dibawah ini:

Coretan
not pada dinding rumah produksi gong. Nada-nada ini digunakan untuk
patokan dalam melaraskan gong dan perangkat gamelan lainnya. Foto:
ANTARA FOTO/Maulana Surya

Pekerja menimbang berat timah yang akan digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan gong. Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Sejumlah pekerja bekerja sama mengangkat lempengan gong yang sudah dibakar. Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Gong yang sudah mulai terbentuk saat proses pembakaran dalam tungku api. Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Pekerja mengelas beberapa bagian logam untuk membentuk kontur luar gong. Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Pemilik
usaha gong, Supoyo, 64 mengecek harmonisasi nada dari gong yang sudah
siap dimainkan bersama dengan instrumen gamelan lainnya. Foto: ANTARA
FOTO/Maulana Surya

Post A Comment:
0 comments: