Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Yonif 310/Kidang Kancana
(KK) merehab rumah pintar bagi masyarakat di Kampung Mutimangge, Rawa
Bastop, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua.
Wakil Komandan Satgas Pamtas Kapten Inf. Ardhi Sazli Joenoes ketika
dihubungi dari Kota Jayapura, menyebutkan sebanyak 20 personel yang
mereba rumah pintar masyarakat Kampung Mutimangge.
"Ini merupakan serbuan teritorial berupa kegiatan bakti sosial di
Kampung Mutimangge. Sebelumnya, rumah pintar ini kurang terawat dan
rusak sehingga direhab oleh anggota Pos Rawa Bustop dan saya
meresmikannya," katanya.
Pada kegiatan itu, kata dia, Yonif 310/KK juga memberikan bantuan
sarana belajar berupa satu buah lemari buku, 15 unit meja belajar
anak-anak, satu buah papan tulis, 100 buku, dan alat tulisnya.
Selain itu, lima kotak kapur papan tulis, 50 buah buku bacaan
anak-anak, satu buah bola voli berikut paranetnya, satu rol karpet, dan
bantuan langsung berupa sembako.
Di hadapan masyarakat dan para tokoh agama, adat, dan pemangku
lainnya, Kapten Inf. Ardi menyampaikan pesan agar masyarakat saling
bekerja sama untuk menjaga dan merawat fasilitas sarana dan prasarana
belajar yang sudah ada sehingga dapat memberikan manfaat yang baik bagi
anak-anak penerus generasi bangsa.
"Yang diharapankan ke depannya anak-anak Kampung Mutimangge bisa
ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah serta dapat bersaing dengan
anak-anak dari daerah lainnya. Saya juga menyampaikan terima kasih
kepada ketua adat Bapak Jhon yang mewakili masyarakat Kampung Mutimangge
ikut mendukung kegiatan ini," katanya.
Kampung Mutimangge adalah kampung terdepan yang paling dekat dengan
perbatasan RI dan Papua New Guinea (PNG). Pintu masuk menuju Kampung
Mutimangge adalah melalui Pos Rawa Bastop.
Ke kampung itu harus menggunakan speed boat atau perahu bermesin
karena rute yang dilewati adalah genangan air rawa yang relatif sangat
luas dan memerlukan waktu 45 menit untuk melakukan penyeberangan.
Kampung Mutimangge sendiri merupakan kampung kecil yang berada di
tengah rawa dan memiliki luas kurang lebih 1.000 meter persegi dengan
jumlah penduduk mencapai 109 jiwa dan mata pencaharian nelayan.
Masyarakat asli Kampung Mutimangge sebenarnya adalah masyarakat dari
Kampung Kweem asal PNG. Akan tetapi, karena kebutuhan hidup yang susah
didapat di sana dan semenjak dibukanya Pasar Bastop di wilayah
Indonesia, sebagian dari penduduk Kampung Kweem malakukan eksodus ke
wilayah Indonesia.
"Mereka sudah menyatakan kesetiaannya pada NKRI dan bendera Merah
Putih selalu berkibar di tengah-tengah Kampung Mutimangge. Akan tetapi,
seiring berjalannya waktu, kehidupan mereka masih luput dari perhatian
pemerintah daerah," katanya.
Menurut dia, belum ada fasilitas kesehatan dan pendidikan yang
memadai di kampung itu. Selain itu, tidak adanya sumber listrik,
sulitnya air bersih, tidak adanya MCK, tidak adanya tempat ibadah, dan
susahnya mendapatkan BBM untuk bahan bakar speed boat untuk membawa
hasil tangkapan nelayan ke Pasar Bastop.
"Hal ini merupakan kendala lainnya yang menghambat kegiatan ekonomi masyarakat," katanya lagi.
Atas dasar tersebut dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada,
kata dia, setiap dua kali dalam seminggu, personel Pos Rawa Bastop
Satgas Pamtas Yonif 310/Kidang Kancana melakukan kegiatan belajar
mengajar dan memberikan layanan kesehatan gratis kepada masyarakat
Kampung Mutimangge.
Diharapkan kegiatan ini dapat mengurangi masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
"Kami berharap dengan diadakannya kegiatan dari satgas, Pemerintah
Kabupaten Boven Digoel bisa lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat
Kampung Mutimangge," katanya.
Post A Comment:
0 comments: